سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ﴿١﴾(1)Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
[QS. al-Israa' (17): 1]
Pada ayat di atas terdapat beberapa istilah yang harus dipahami secara utuh dan komprehensif, tidak secara parsial, sehingga diperoleh pemahaman yang menyeluruh, tentang peristiwa isra' Mi'raj, adapun Istilah-istilah tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Subhaana (Maha Suci Allah)
Dalam peristiwa Isra' Allah SWT memulai firman-Nya dengan kata "Subhana" (Maha suci) kata "Subhana"ini akan memberikan pengertian dalam hati seseorang bahwa dalam peristiwa itu ada kekuatan Supranatural yang tidak mungkin dijangkau oleh pemahaman manusia dimuka bumf. Maka makna kata "Subhanallah" ialah bahwa Allah itu Maha Suci Dzat-Nya, Sifat-Nya dan Perbuatan-Nya dari segala kesamaan. Kalau ada suatu jenis perbuatan atau peristiwa yang Allah mengatakan bahwa "Peristiwa itu Dia yang melakukan" maka kita sebagai hamba harus menSucikan-Nya dari segala ketentuan yang berlaku untuk manusia, dan tidak boleh mengukur perbuatan Allah itu dengan perbuatan manusia. Oleh karena itu, maka surat ini dimulai¬Nya dengan kata "Subhana" (Maha Suci) yang akan menimbulkan kesan dalam hati manusia bahwa peristiwa itu benar-benar peristiwa ajaib dan diluar jangkauan akal dan kemampuan manusia. "Subhana" berarti "Tanzih" (mensucikan). Apabila Allah mengatakan "Subhana" berarti mensucikan perbuatan-Ku dari perbuatan-mu (makhluq).
2. Asraa (Yang memperjalankan)
Subjek dari "Yang memperjalankan" dalam hal ini adalah Allah, dengan kalimat : "Al-Ladzii asraabi"sama dengan kata "liya'buduni" QS;51:56, dan kata "Asraa" terdapat pula Dalam surat 8:67, 70, yang artinya "tawanan", bentuk kata benda, noun atau isim. Dalam konteks ayat 17/1 ini, kita mengartikan "Asraabi" dengan "Memperjalankan dalam penjagaan" sebagai kata kerja, verb atau Hal ini dapat dianalogikan pada maksud surat 26:52 dimana terdapat istilah yang sama tetapi bentuknya fi'il amar untuk memperjalankan Bani Israil dengan penjagaan untuk menyeberangi laut merah. Kalimat ini memberi pengertian bahwa Rasulullah SAW itu di Asraa-kan dalam pengertian di Mi'rajkan oleh Allah SWT, bukan Asraa dengan sendirinya atau kehendak Muhammad SAW sendiri tetapi dengan keilmuan dan kekuasaan Allah yang memperjalankannya.
3. Bi-'Abdihii (Hamba-Nya)
Dalam ayat ini Allah tidak menyebut lafal "Bi¬Rasulihii" atau lafal "Bi-Muhammadin", tetapi menggunakan lafal Bi'abdihi, yaitu dengan sifat "Ubudiyah"atau Penghambaan kepada Allah yang merupakan pintu datangnya karunia Allah SWT, sebab semua Nabi dan Rasul yang nota bene merupakan panutan umat, diutus untuk membenarkan atau meluruskan cara penghambaan kita kepada Allah SWT. Kata sifat "Ubudiyah" atau penghambaan ini adalah kata yang pahit, yang_ sulit dan yang dibenci oleh manusia, apabila terjadi diantara sesama makhluq, yang satu terhadap yang lainnya, maka makhluq yang satu akan menjadi hamba bagi makhluq yang
lain. Dan ini mengharuskan si-hamba mencurahkan pikiran, tenaga, dan segenap kemampuannya sebagai baktinya, Tetapi penghambaan dari makhluq terhadap Al-Khaliq justru sebaliknya, yaitu Al-Khaliq yang dipertuan itulah yang akan memberi karunia kepada orang yang menghambakan diri kepadaNya.
Karena itu maka "Ubudiyah" disini adalah suatu kemuliaan, apabila pengabdian itu meningkat, maka pemberian karunia dari Allah Yang Maha Suci itu ditingkatkan pula. seperti yang terjadi pada diri Nabi Isa as. putra Maryam yang disebutkan oleh Allah dalam surah an¬Nisa';4:172 "Al Masih tiada enggan menjadi hamba bagi Allah, demikian pula para Malaikat yang dekat." Disamping itu, kata "Bi'abdihi" dan ini sebagai jawaban atas penolakan sebagian orang bahwa perjalanan malam hari Rasulullah SAW ini hanya terjadi dengan ruhnya saja tanpa jasad, padahal kata "'Abd" (hamba) dipakai untuk ruh beserta jasadnya sekaligus, sehingga tidak ada orang yang mengatakan ruh itu sebagai "'Abd" atau jasad yang tidak ber-ruh sebagai 'Abd".
4. Lailan (Pada suatu malam)
Rasulullah SAW telah diperjalankan oleh Allah SWT pada waktu malam hari, mengapa Rasul diberangkatkan pada malam hari? Disini kita sudah sepakat bahwa Rasulullah diperjalankan secara logis, secara nyata dan riil, maka sekarang kita akan masuk pada keterangan yang juga logis dan ilmiah serta cocok untuk ilmu kejiwaan. Masih ingat kisah Adam yang dulunya bertempat tinggal didalam Jannah yang kita artikan sebagai kebun yang subur yang berada diluar planet bumi. Sekarang cobs anda perhatikan kembali ayat ke-14 dan ke-15 dari surah An Najm (53) yaitu "Di Sidratil Muntaha","Di dekatnya ada Jannah tempat tinggal, Dan kemudian lihat juga QS. Thaha; 20:117-119 maka akan ditemukan antara Jannah yang termaktub dalam surat an-Najm:15 itu dengan Jannah dimana dulunya Adam dan istri pernah tinggal sebelum "diterbangkan" keplanet bumi. Kalau dicermati dengan balk, Jannah tempat tinggal Adam pertama kali, itu dikatakan tidak akan merasa kepanasan, dan saya mengasumsikan bahwa Jannah itu letaknya di Muntaha dimana Rasulullah SAW melakukan perjalanannya pada peristiwa Mi'raj. Jadi, Muntaha itu adalah nama sebuah tempat yang bisa juga sebuah planet yang berada diluar angkasa dan bisa kita katakan kedudukannya berada di atas orbit bumi, seperti halnya dengan kedudukan planet Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto, (baca: "Peta Ruang Angkasa" atau Studi Kritis Pemikiran Islam oleh Armansyah).
5. Min al-Masjidil Haraam Ha al-Masjidil Aqsha
Dari Masjidil Haraam (Makkah) menuju ke Masjid Al-Aqsha (Palestina) Dimulainya perjalanan Rasulullah SAW, Seperti yang diketahui bersama, Masjidil Haraam adalah rumah peribadatan yang pertama kali dibangun untuk manusia oleh Allah SWT yang akhirnya dasar-dasarnya ditinggikan oleh Nabi Ibrahim bersama putranya, Nabi Ismail as, Tempat tersebut juga merupakan awal bertolaknya da'wah serta tempat berdomisilinya Rasulullah SAW. Menurut Haikal Sulaiman Masjid Al-Aqsha sendiri waktu itu belum ada, yang ada Bait Al-Maqdis di Palestina, hal ini sesuai sabda Rasulullah SAW. "Kaum Quraisy menanyakan kepadaku tentang perjalanan lsraa, aku ditanya tentang hal-hal di Bait Al-Maqdis, tidak dapat aku menerangkannya sampai-sampai aku bimbang. Tatkala kaum Quraisy mendustakanku, aku berdiri di Hijr lalu Allah SWT menggambarkan didepanku keadaan di Bait Al-Maqdis dan tanda-tandanya hingga mampu aku menerangkannya kepada mereka seluruh keadaan" (HR. Bukhari) hal ini membuktikan bahwa memang Rasul SAW tidak pernah pergi kesana malam itu, melainkan pergi ke "Masjid Al-Aqsha" yang terletak di Muntaha. Aqsha bukanlah nama, arti Masjidil Aqsha adalah Masjid yang jauh atau Tempat sujud yang terjauh. Dan masih ingatkah anda tentang Jannah yang disana Adam dihormati oleh semua Malaikat dan Jin dengan cara bersujud ? Masjidil Aqsha yang menjadi tempat tujuan Rasulullah SAW adalah Tempat bersujudnya para Malaikat terhadap Adam sekaligus menjadi tempat bersujudnya Rasulullah SAW kepada Allah pada scat beliau menerima perintah shalat yang letaknya sangat jauh dari bumi dan hanya terdapat di Muntaha.
6. Baraaknaa_Haulahuu (Yang telah Kami berkahi sekelilingnya)
Kata hau lahuu atau Kami berkahi sekelilingnya adalah diperuntukkan untuk tempat disekitar perjalanan Rasulullah SAW tersebut, atau juga Kata "NYA" atau lafal "HAU_LAHUU" pada kata "Kami berkahi sekelilingnya" sebenarnya adalah ditujukan kepada diri Rasulullah SAW sendiri. Jadi, lstilah "disekelilingnya" = disekeliling Rasulullah SAW. Sementara arti Barakah adalah penjagaan, yaitu penjagaan yang melingkupi diri Rasulullah SAW dalam Asraa itu.
7. Linuriyahuu Min Ayatinaa (Kami perlihatkan tanda-tanda Kami)
Kami perlihatkan sinonim dengan "Diperlihatkan" Yaitu, diperlihatkan kepada Rasul SAW dengan mata kepala, masalah Mi'raj pada surah 17/1 ini, AlQuran menggunakan perkataan : "Linuriyahu min aayatina"yang artinya: "untuk Kami perlihatkan kepadanya tanda-tanda Kami" yaitu tanda¬tanda kebesaran Allah atau "Laqad ra-aa min aayaati Rabbihi alkubraa." "Sesungguhnya is telah melihat sebagian tanda-tanda Tuhannya yang besar/hebat." (QS. an-Najm;52:18)
allah memperjalankan nabi muhammad sampe mesjid aqso terus yang bawa ke sidratul muntaha siapa?terus kalau beliau sidratul pasti hukum allah berlaku sehari sama dengan 1000 tahun, dia balik umur nya tambah sehari tapi yang ditinggalkan udah 1000 tahun,sy hanya melihat isra miraj hiburan sinema diputar di aqso setelah jalan jalan dari mekah berisi tentang surga ,rupa jibril asli di sidratul muntaha
BalasHapusfilm 3 dimensi.... film 4 dimensi.... film dimensinya Alloh yang hendak MEMPERLIHATKAN kepada hambanya. Alloh yang berkehendak, bukan nabinya.... kekuasaan Alloh tak terbatas. SUBHAANALLOH.
BalasHapus