Selasa, 09 Februari 2010

Strategi Syaitan Terhadap Orang Yang Berilmu

Oleh: Budiman


وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
[QS al-An'am (6): 142]

Dari ayat diatas sangat jelas bahwa syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Syaitan tidak henti-hentinya untuk menjerumuskan manusia ke jurang kehancuran sehingga amal ibadah manusia tidak memiliki nilai di hadapan Allah SWT. Semakin tinggi iman seseorang maka semakin kuat juga tipu daya syaitan untuk menjerumuskan, dan syaitan serta kawan-kawannya tidak senang melihat orang yang rajin beramal sholeh.

Tipu daya syaitan pada umumnya adalah sebagai berikut:
  • Menjerumuskan manusia dalam noda dan dosa. Dalam hal ini syaitan menipu manusia dengan cara mendatangkan dalam khayalan manusia bahwa sesuatu yang dilakukan oleh manusia memiliki nilai dihadapan Allah SWT, padahal sebenarnya merupakan bentuk tipu daya syaitan agar manusia terjerumus. Misalnya melakukan bentuk ibadah yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW atau yang disebut sebagai mengada-ada. Sesuatu yang baru (bid'ah). Dalam hal ini tidak ditanamkan oleh syaitan kepada manusia rasa cinta yang kuat untuk terus melakukan amal ibadah yang tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sehingga menganggap bahwa amal yang mereka lakukan merupakan amal yang dicintai oleh Allah SWT. Rasulullah pernah mengatakan bahwa orang yang melakukan bid'ah akan mendapat balasan dari Allah SWT diantaranya amal yang dilakukan tidak akan diterima oleh Allah SWT dan akan dimasukkan kedalam neraka.

  • Menanamkan rasa takut dalam hati manusia. Syaitan selalu berusaha untuk menakuti manusia sehingga orang mukmin tidak memiliki semangat untuk berjihad dijalan Allah SWT dan beramar ma'ruf nahi mungkar Misalnya di Negara kita UUD dimanipulasi dengan cara yang tidak jujur dan adil, seperti kemaksiatan dilindungi bahkan dialokasikan sebagai tempat yang resmi diantaranya (PSK, pabrik minuman keras, tempat perjudian dan tempat maksiat lainnya).

  • Memanipulasi akal manusia agar menghalalkan segala cara, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, sehingga manusia tidak lagi takut melakukan apapun yang ingin mereka lakukan asalkan hawa nafsunya terpenuhi, inilah bentuk hati manusia yang mati.

  • Menjadikan manusia lebih mencintai dunia dan harta benda daripada Allah SWT dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman:

    فَسِيحُوا فِي الْأَرْضِ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللَّهِ وَأَنَّ اللَّهَ مُخْزِي الْكَافِرِينَ
    وَأَذَانٌ مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ فَإِن تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللَّهِ وَبَشِّرِ الَّذِينَ كَفَرُوا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

    Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.
    Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
    [QS at-Taubah (9): 2-3]

Adapun lima bentuk tipu daya syaitan terhadap orang yang berilmu:
  1. Dia belajar ilmu agama, ilmu fikih dia kuasai dan setiap dia berbicara selalu dengan dalil tapi dia tidal mengamalkan apa yang dia dakwakan kepada orang lain. Orang yang semacam ini sangat dibenci oleh Allah SWT. Sebagaimana tercantum dalam firman Allah:

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
    كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

    Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
    Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
    [QS As-Shaff (61): 2-3]

  2. Dia punya ilmu, di amalkan ilmunya tapi dia belum sungguh-sungguh menjaga hatinya akibatnya ingin pamer dan riya', Allah SWT berfirman:

    فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ
    الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
    الَّذِينَ هُمْ يُرَاؤُونَ

    Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
    (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
    orang-orang yang berbuat riya,
    [QS al-Maa'uun (107): 4-6]

    Juga dicantumkan dalam firmannya yang lain:

    الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَّثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

    Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
    [QS al-Fathir (35): 10]

    Menurut Imam Al-Ghazali, Riya' dilakukan dengan lima hal; yaitu: Dengan menggunakan tubuh, dengan pakaian atau penampilan lahiriyah dengan ucapan atau perkataan, dengan perbuatan atau perilaku dan dengan menunjukkan pergaulan.

  3. Dia berilmu, beramal dan berjuang supaya tidak riya' tapi merasa diri sudah suci, shaleh atau ujub. Allah berfirman:

    قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا
    الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعً
    أُولٰئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا

    Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"
    Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
    Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.
    [QS al-Kahfi (18): 103-105]

    Ada seorang sahabat Ali bin Suwaid dari Abul Hasan r.a bertanya tentang ujub kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW menjawab ujub itu ada beberapa tingkat yaitu: Pertama orang yang melakukan amal yang buruk tapi menganggap bahwa itu baik dan dia bangga dengan amalnya. Kedua, orang beriman kepada Allah dan dia mengira bahwa dengan iman itu dia sudah berbuat baik kepada Allah SWT

  4. Dia berilmu beramal dan berjuang supaya tidak riya' tidak ujub, tapi dia tidak konsisten (istiqamah) menjaganya. Hal inilah yang kurang diperhatikan oleh para muballigh atau para ustadz, ketika mereka mendakwahkan agama Allah SWT dan mereka menggap bahwa mereka sudah bebas dari tipu daya syaitan dan cobaan dari Allah SWT.

  5. Dia berilmu beramal berjuang supaya tidak riya', tidak ujub dan istiqamah tapi dia berlebihan didalam beribadah, sehingga tidak memperhatikan kehidupan keduniaan, dan sifat ini merupakan hal yang sangat tidak disukai oleh Allah SWT dan Rasul.
    Ada dua orang sahabat mengadukan amal yang mereka lakukan kepada Rasul, sahabat yang pertama, dia beribadah kepada Allah tanpa memperhatikan keluarganya dan anak isterinya. Kemudian sahabat yang kedua, dia beribadah kepada Allah dan dia juga mem bagi waktunya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan anak istrinya, kemudian berita ini didengar Rasulullah Muhammad SAW, dan mengatakan bahwa amal ibadah yang benar adalah sahabat yang kedua. Dan Nabi mengatakan bahwa aku juga manusia seperti kalian membutuhkan kehidupan dunia dan akhirat.


Wahai orang yang berilmu (ULAMA, USTADZ dan MUBALIGH) berhati-hatilah dalam mengamalkan ilmu, karena orang yang paling pertama dilemparkan kedalam neraka jahanam adalah orang yang berilmu, yaitu dia berilmu hanya untuk mengharapkan pujian dari manusia agar disebut sebagai orang yang pintar dan cerdas.

(diolah dari kitab Imam Al-Gazali)

Wallahu 'alam bish-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar