Sabtu, 10 April 2010

Dakwah Antara Robbaniyah dan Ashobiyah Di Tengah Gerakan Islam

Oleh: H. Anas Yusuf

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
[QS an-Nahl (16): 125]

Pada dasarnya tujuan dakwah Islam adalah mengadakan perombakan (inqilab) dalam diri, keluarga, masyarakat dan ummat secara luas. Perubahan dan perombakan yang dimaksud adalah perubahan ke arah yang lebih baik (islah) dalam seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, akhlak, ibadah, pendidikan, sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya, perombakan yang mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju benderangnya Islam, dari ketundukan kepada manusia menuju kepada penghambaan tanya kepada Allah Robbul 'Alamin.

Fenomena saat ini dalam dinamika dakwah muncul istilah dakwah ashobiyah dan dakwah Robbaniyah di tengah-tengah menjamurnya berdirinya harokah (gerakan) ISLAM TRANSNASIONAL di Indonesia, dimana masing-masing mempunyai kepentingan mendominasi dan perebutan obyek dakwah. Disinilah mereka mencoba mendoktrin dan mendakwahkan kepada anggotanya atau kadernya antara dakwah Ashobiyah dan Robbaniyah. Yang seharusnya mereka para da'i atau penyeru dakwah tersebut menyampaikan Islam qobla jama'ah artinya Memberikan dan menyampaikan pemahaman dan pengertian Islam secara syumulia, komprehensif, integral dan menyeluruh bukan sepotong-potong, setengah-setengah, parsial (jusiyah) sebelum doktrin jama'ahnya, kelompoknya, hizbiyahnya, partainya dan inilah bahayanya bila dakwah ashobiyah dibiarkan.

DAKWAH ROBBANIYAH
Yang dimaksud dengan dakwah Robbaniyah adalah sebuah ajakan dan seruan dakwahnya kepada seluruh aktivis dakwah atau obyek dakwah harus bersumber dari Tuhannya (Robb) betul- betul syar'i dan tidak ada yang menyimpang dari Al-Qur'an dan As- Sunnah. Bukan dakwah 'alaiyah (kepadaku) bukan untuk membesarkan aku, figuritas yang berakibat kultur individu juga bukan dakwah 'alaina (kepada golongan kami) yaitu membesarkan dan membanggakan golongan kami. Dakwah 'alaina akan menimbulkan tafarruk (perpecahan) dan ta'ashub (fanatik golongan).

Jadi dakwah Robbani adalah seruan dan ajakan menuju mardhotillah (dakwah Ilallah). Dan gerakan dakwah Islam atau Robbaniyah itu sendiri sebuah gerakan dakwah, dan tarbiyah baik pendidikan pribadi, keluarga dan masyarakat yang bersifat alamiyah (global), gerakan realistik (waqi'iyah) dan syamiliyah yaitu mencakup segala aspek kehidupan manusia, tidak ada satupun yang luput dari aturan (nidhom) Islam.

DAKWAH ASHOBIYAH
Ashobiyah atau kecintaan kepada golongannya, kaumnya, hizbnya partainya adalah fenomena yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya dalam hidup ini, apalagi di tengah-tengah menjamur dan tumbuh suburnya gerakan Islam transnational seperti gerakan dakwah dan politik Ikhwanul Muslimin dengan gerakan tarbiyahnya, Hizbut Tahrir dengan gerakan dakwah dan politik Khilafanya, Salafi dengan gerakan dakwah kembali pada autentik atau keaslian Qur'an dan Sunnahnya menurut pemahaman mereka, Salafi Jihadiyah dengan gerakan dakwah dan jihadnya, Jama'ah Tabligh dengan gerakan dakwah khurujnya dari masjid ke masjid, Majlis Mujahidin atau jama'ah Anshorut Tauhid dengan gerakan dakwah dan jihadnya dan seterusnya.

Fenomena gerakan Islam transnasional tersebut di atas adalah wajar di era euforia reformasi. Akan tetapi jika fenomena itu sudah mengarah kepada kecintaan yang membabi buta (ta'ashob jahiliyah) yang indikasinya nampak ada kebaikan-kebaikan atau kebaikan- kelemahan yang ada pada dirinya dan buta atau acuh tak acuh terhadap kebaikan-kebaikan dan kelebihan pada pihak lain. Yang pada akhirnya mereka setiap golongan, kelompok, firqo, partai dan seterusnya merasa bangga dan superior serta asyik dengan dunianya sendiri dan lupa kepada kepentingan yang lebih luas demi kemaslahatan dakwah ke depan. Dari sekian abad yang lampau Rasulullah SAW sudah memperingatkan dengan keras mengutuk fenomena tersebut sebagaimana dalam sabdanya:


Bukanlah termasuk golonganku, barangsiapa yang mengajak manusia fanatik golongannya.
[HR. Abu Dawud]

Dan di hadits lain beliau bersabda:


"Barang siapa yang berperang dan berjihad karena bendera ashobiyah dan fanatic golongan maka mereka mati dalam keadaan jahiliyah."
[]


DAMPAK PENYAKIT ASHOBIYAH
Penyakit ashobiyah ini sangat di benci oleh Rasulullah SAW. Dan juga konsekuensinya akan melahirkan kemudhorotan dalam kehidupan manusia antara lain, pertama : muncul nya kemaksiatan, dalam sebuah hadits di kisahkan bahwa Rasulullah SAW. Pernah di demo oleh para sahabat dari kaum Anshor pada pembagian ghonima, yang terkesan oleh mereka bahwa Nabi lebih mengutamakan kaum Muhajirin [QS. ali- Imran : 103].

Kedua, lahirnya perpecahan yang berkepanjangan sebagaimana terjadi pada Bani Aus dan Bani Kharaj di masa jahiliyah.

Ketiga, pemborosan karena mereka sibuk untuk membanggakan dan menonjolkan kelebihan-kelebihan dari kaumnya dan lupa dengan persoalan yang mendasar dan strategis yaitu terwujudnya kesatuan dan persatuan serta amal jama'ah demi kemaslahatan ummat.

Keempat, tumbuh suburnya nasionalisme dan sirnanya harapan ummat akan lahirnya khilafah Islamiyah dan dampak lainnya adalah penurunan ruhiyah maknawiyah, misunderstanding, misinformasi, keresahan yang tidak hanya membahayakan kaumnya saja tetapi kekuatan ummat secara keseluruhan.

FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT ASHOBIYAH
Ada dua faktor penyebab penyakit ashobiyah pertama, faktor internal yaitu bermula dari menurunnya keimanan dan amal ibadah yang tidak disiplin dan istiqomah (QS 96: 6-8). Yang kedua, adalah factor eksternal yaitu suburnya intrik, ghibah, macetnya saluran komunikasi, kurangnya taujih, lemahnya pola dan sarane komunikasi, dst.

SOLUSI DAN KESIMPULAN
Ada tiga penyelesaian untuk mengatasi adanya penyakit ashobiyah yang ada dalam tubuh ummat Islam yaitu : pertama, dengan menciptakan iklim Ruhiwata'budi artinya ditumbuhkannya pada masing-masing individu bahwa kemenangan dan keberhasilan suatu ummat bukan terletak banyaknya pengikut (kader anggota) atau masa dan juga bukan karena metode/manhaj dan sarana yang canggih. Tapi kesemua itu sejauh mana interaksi individu dengan khaliqnya Allah Aza Wa Jallah [Qs. 2:245 / 9:25 / 61:4 / 98:5].

Kedua, dengan menciptakan iklim fikri wata'alumi yaitu dengan banyak membaca, berdiskusi dan bersilahturahmi serta musyawarah [Qs.An-Nisa' 59, Qs.42 : 38].

Ketiga dengan menciptakan iklim aktivitas amali wal harokah yaitu dengan menumbuhkan kesadaran bahwa mereka bekerja dengan semangat ihsan, itqon dan fastabiqul khoirot bukan hasil yang menjadi orientasi tujuannya, tetapi, kerja keras dan produktivitas dengan semangat kebersamaan sinergi (amal jama'i) [Qs.9 : 106, 5 : 48-49].

Jadi fenomena ashobiyah hizbiyah-partai, firqo-kelompok-golongan, sukuisme dan seterusnya adalah manusiawi dan wajar dengan catatan asal tidak berlebihan dan membabi buta. Sehingga akan melahirkan kekuatan, kehormatan dan kewibawaan (izzah). Sebagaimana Firman Allah:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
[QS al-Hujurat (49): 13]


Wallahu a'lam bishowab

5 komentar:

  1. jangan terlupakan juga, bahwa ormas pun seperti Muhammadiyah, NU bisa berpotensi ashobiyah juga bila semakin ekslusif bahkan mengeluarkan para anggotanya yang berinteraksi dengan harokah - harokah di luar ormasnya..

    BalasHapus
  2. benarkah dengan apa yg dikatakan mr/mrs.anonim ???

    BalasHapus
  3. Maaf, tunjukkan buktinya kalau beliau-beliau yang anda katakan itu dikeluarkan?
    Beliau yang anda katakan juga tidak jelas. Anda sendiri tidak jelas.

    BalasHapus
  4. Satu hal yang harus dipegang supaya tidak terjebak pada sikap ta'ashub ashobiyah adalah jangan merasa diri sebagai yang paling benar dan menganggap orang dikelompok Islam yang lain tidak benar. Hatta yang paling penting adalah dimanapun kita berada mari sama-sama berupaya bagaimana Islam benar-benar membumi dikalangan pemeluknya yang tercermin dalam amaliyah sehari-harinya, di keluarga, tempat kerja, masyarakat, bangsa dan negara, jauh dari sikap saling mengklaim diri/kelompoknya yang paling benar. Dalam ber-Islam, tidak bisa dibenarkan mengklaim sebagai yang paling benar hanya karena mengambil, menjalankan satu sisi/beberapa sisi kehidupan Nabi Muhammad SAW.
    Dalam ber-Islam mesti memiliki sikap tinggi budinya, rendahan hatinya, lembut tutur katanya dan santun perikunya. Allahu'alam bishowab

    BalasHapus
  5. Ashobiyah itu kayanya fitrah deh, bisa fositif bisa negatif tergantung. Tapi yang salah barang kali yang menganggap kelompoknya yang paling benar dan kelompok lain salah.................

    Sampai-sampai karena menganggap bahwa golongan/kelomponya yang paling benar, memberi salam kalau ketemu aja ga mau, dan kalu di berikan saam tidak membalas. Cape deh.....................

    BalasHapus