Selasa, 05 Juli 2011

The Spirit of Islam

Oleh: Drs. Usman Kasmin

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ﴿١١﴾
(11)Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Sebagaimana kita ketahui, proses dalam meraih kebenaran bukanlah sebuah rangkaian peristiwa tanpa makna. Bahkan kalau kita selidiki lebih awas terhadap berbagai kejadian yang kita alami, tentulah kita sampai pada satu titik bahwa "selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa" tetapi hikmah apa yang dapat kita petik dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara; kita belum bisa menjawab secara lugas. Sementara proyek pembodohan terhadap generasi muda semakin deras, upaya pengkerdilan aqidah dan pemasungan syariat semakin nyata yang pada akhirnya akhlak anak bangsa semakin terpuruk. Tiba-tiba kita tersentak kaget bahwa ada yang telah hilang dari kita. Sebagai bangsa kita kehilangan karakter Building. Karena itu, terkadang bahkan sering kita kehilangan control diri. Kita menjadi culas, kita menjadi serakah, kita menjadi munafik, kita menjadi fasik, kita menjadi dzalim, kita menjadi hasad, dan dengki terhadap sesama. Mana yang haq yang layak kita ambil dan mana yang batil yang seharusnya kita jauhi korupsi contohnya, mana yang halal kita ambil bagian didalamnya dan mana yang haram kita menghindarkan diri dari padanya, mana keadilan yang seharusnya kita junjung tinggi dan mana kecurangan yang seharusnya kita benamkan sedalam-dalamnya Semuanya kini semakin tidak jelas. lni tidak hanya dirasakan oleh orang orang yang terbimbing hatinya di jalan Allah tetapi hampir dirasakan oleh setiap orang dizaman ini.

Bangsa yang kaya raya dengan segala sumber alamnya baik yang ada di atas maupun di dalam perut bumi Indonesia. Yang oleh para seniman menggambarkan "Tongkat kayu dan batu bila ditancapkan dipersada Indonesia maka akan tumbuh menjadi tanaman yang dapat menghidupi penduduknya" tapi yang kita rasakan kini adalah sebaliknya, seperti kata pepatah kita "Seperti ayam bertelur dilumbung padi, mati kelaparan" Negeri yang 'Gema ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja' negeri yang aman damai, gotong royong, tidak lagi kita saksikan dari wajah-wajah polos anak bangsa kita. Yang ada adalah keculasan, kebringasan, keserakahan, kemunafikan, kefasiqkan, kedzaliman serta keputus asaan.

"Subhanallah..." Negeri yang begitu indah yang dipuja-puji oleh segala bangsa di dunia; yang oleh para Founding Father kita, dengan bijak telah meletakan Visi dan missi Bangsa di atas landasan kalimah Tauhid 'Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang tiada lain adalah "Qul huwallahu ahart. Maka semestinya kita sebagai pewarisnya mampu mewujudkannya menjadi bangsa besar dan terhormat dimata dunia yakni Baldatun tayyibatu warabbun ghafuur. Mengapa belum terwujud ? jawabannya, mungkin kita telah salah mengurusnya.

Allah menghadirkan fenomena ini dalam sebuah firmannya : QS.AI-A'raaf (7) 96: Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Rasulullah juga telah mengingatkan hal tersebut kepada kita umatnya : "Idza wusidal amru ilaa ghairi ahliha fantadhirissaata" artinya: Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehanurannya" (HR. Bukhari).

Seorang diplomat sekaligus filosof Inggris Charles Le Gai Eaton yang telah menemukan kembali hidayah dan menjadi muslim, mengatakan, di manapun seorang muslim dilahirkan, dan apapun ras atau suku bangsanya, kampung halaman umat Islam adalah Dar al-Islam. Paspor seorang muslim, baik di dunia maupun akhirat, adalah kalimat syahadat" Sungguh bijak pernyataan dari Charles Le Gai Eaton. Dan sesungguhnya inilah yang seharusnya terjadi di dunia Islam termasuk di Indonesia. Namun sejak kemundurannya setelah abad ketiga belas, umat Islam hampir tidak pernah menemukan jalan kembali kepada kejayaannya.

Kita juga tidak asing dengan seruan Tajdidul Islam atau pembaharuan Islam yang sesungguhnya karena keterbelakangan dan kejumudan umat Islam dalam memahami dan menerapkan ajaran Islam sehingga negeri-negeri Islam yang kaya raya hampir tidak dapat mensejahterakan penduduknya justru mengundang malapetaka. Kolonialisme; harta dan kekayaannya dikuras, rakyatnya dijajah dan dipasung dengan belenggu kemiskinan dan kebodohan. Agama Islam yang dianutnya tidak lagi memberikan pencerahan peradaban justru kehilangan spirit bagi pemeluknya. At tbatrtya; seperti ungkapan seorang pembaharu Islam di Mesir ketika ditanya wartawan setelah kembali dari pengasingannya di Prancis "Apa yang anda lihat di Eropa?" jawab beliau, "Saya melihat Islam di Eropa, sekalipun saya tidak melihat umat Islam, dan di Mesir saya melihat Umat Islam, tapi saya tidak melihat Islam".

Dan beberapa latar belakang dan fenomena serta persoalan yang menimpah bangsa dan umat Islam khususnya, maka gagasan untuk kembali ke Spirit Islam menjadi tetap actual dalam kehidupan kita sebagai orang yang beriman, paling tidak dengan farmat yang sederhana untuk diucapakan, dan siapa saja bisa mengucapkan adalah "Watawaa shaubil watawaa shaubis shabri" dengan segala action progresif yang dihadapi setiap pribadi muslim. Namun demikian kita juga membutuhkan kekuatan jama'ah, kerja keras dan sungguh¬sungguh (jihad) sebab hanya dengan persatuan dan kesatuan umat Islam maka tugas berat ini bisa terwujud. Terutama mewujudkan program yang sudah di agendakan.

Dalam kaitan ini, terutama membangkitkan kembali sprit Islam; maka ada beberapa agenda yang perlu kita kerjakan tidak hanya sebagai individu dan parsial tapi juga secara ummat dan terencana serta bekesinambungan.

Pertama
Pembaharuan dalam hal aqidah. Dalam hal ini bukan aqidah Islam kita yang kita ubah tetapi dalam arti purifikasi, pembersihan, atau pemurnian. Yakni, hal-hal yang mengotori aqidah, dan dampaknya dalam perilaku serta budaya tercipta; kita campakan sejauh-jauhnya supaya aqidah kita benar-benar bersih seperti yang dikehendaki Al Qur'an dan As Sunnah. Terutama bentuk-bentuk syirik yang sudah sangat terbiasa dalam kehidupan masyarakat sebagai warisan sinkritisme dengan ajaran agama agama sebelumnya saat terjadi Islamisasi di Indonesia.

Kedua
Pembaharuan dalam Teologi Islam. terutama ada gejaia positif dikalangan sebagian generasi muda, yang sudah terbebas dari warisan bentuk-bentuk syirik dimasa lalu dan terbebas pula dari syirik gaya baru sebagai manifestasi jahiliyah modern, maka teragenda dalam visi perjuangan yang ditegakkan adalah membumikan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakan seperti yang dicita-citakan oleh para Founding Father kita yakni terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar benarnya. Teologi yang shahih yang berlandaskan kitabullah dan sunnah shahih tentu terus menjadi ruh dari teologi dalam perspektif yang lain yang relevan dengan masalah masalah sosial yang muncul dalam era global ini.

Ketiga
Umat Islam harus terus menerus untuk memperbaharuai dan meningkatkan pengetahuan dan teknologinya. Karena Agama Islam mengajarkan keseimbangan hidup dunia dan akhirat."Rabbanaa aatinaa fiddunya hanatan wafil akhirati hasanatan"
dan untuk mencapainya Rasulullah menyerukan dengan menggunakan ilmu "Man aradaddunya fa'alaihi bil ilmi, wan araadal akhirati fa'alaihi bil ilmi...." Barangsiapa menghendaki kebahagiaan dunia maka wajib atasnya untuk mengetahui ilmunya, dan barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan hidup akhirat maka wajib atasnya untuk mengelahui ilmunya...(Al Haditst) Juga di isyaratkan dalam QS.Al'Alaq (96) : 1 dan QS. Al¬Mujadalah (58): 11.

Keempat
Memodernisasi diri dengan manajemen modern dalam seluruh lapisan terutama organisasi dan yang trend adalah adaptasi dan kolaborasi serta koorporasi tapi masih dalam koridor spirit Islam. "Tak peduli berapa jauh jalan salah yang anda jalani, putar arah sekarang juga (Manajemen Perubahan dan Manajemen Harapan), Jangan sampai kita kehilangan momentum untuk berubah! Ya, Cuma itu kesempatan kita. Sekali momen ini hilang, semuanya akan kembali kecara-cara lama Rhenald Kasali.

Kelima
Pembaharuan Etos kerja yang lebih Islam. Yatitu kerja keras, kerja cerdas serta istiqomah Seperti yang Qur'an maksudkan yakni

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh¬sungguh (urusan) yang lain (8). dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS.AI-Insyirah(94): 7-8).

Padahal iqrar yang telah terucap: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(QS.AI¬An'am(6):162. Firnnan Allah-dalam QS. Ash-Shaff (61) :4.

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang _ berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Wallahu A'lam Bishawab.

5 komentar:

  1. infonya bagus sekali dan menarik untuk dibaca

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. banyak sekali ilmu yang kita dapatkan dari membaca

    BalasHapus
  4. tulisanya bagus dan informatif, banyak manfaat yang didapatkan

    BalasHapus
  5. ditunggu ilmu selanjutnya, semoga menjadi berkah. amin

    BalasHapus