Jumat, 02 April 2010

Ulama Muhammadiyah Perlu Menguasai Bahasa Pasar

Malang – Ahmad Norma Permata, PhD, mantan ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Jerman menyatakan dihadapan peserta Munas Tarjih ke-27, Jum’at (2/04/2010) bahwa Fatwa Tarjih sebaiknya bersifat membantu masyarakat memecahkan masalahnya, bukan mengatur. Karena itu menurut Norma Majelis Tarjih perlu menguasai bahasa pasar.

“Para ulama ketika mengeluarkan fatwa bahasanya seharusnya adalah melayani, bukan mengatur” kata Norma. Ketika membawakan makalah Tajdid Muhammadiyah Abad Kedua : Logika dan Agenda tersebut Norma memberi alasan pentingnya penguasaan bahasa pasar karena perkembangan masyarakat modern yang semakin diwarnai budaya pasar, dimana barang dan jasa ditawarkan secara kompetitif dan masyarakat diberi kebebasan untuk memilih. Karena itu setiap upaya untuk mempengaruhi masyarakat modern harus menguasai bahasa pasar yaitu marketing, melayani, menyediakan dan mencukupi.

Pemberlakuan budaya organisasi yang sesuai pasar ini menurut Ahmad Norma yang membedakan antara Muhammadiyah, NU dan Kristen. Ketika ada klaim bahwa NU akan banyak melahirkan para doktor, menurut Ahmad Norma akan sulit mengalahkan Muhammadiyah karena budaya informasi kompetensi kader yang dimiliki Muhammadiyah jauh lebih bagus dibandingkan NU. Karena di Muhammadiyah kader terbaiklah yang cenderung akan tampil di depan, bukan karena keturunaan, inilah logika yang dianut dalam pasar di eropa daratan.

“Di Muhammadiyah sudah lama ditinggalkan pertanyaan seorang kader itu anak siapa, berbeda dengan di NU” kata Ahmad Norma. Sedangkan di Kristen menurutnya jauh lebih bagus dibandingkan Muhammadiyah, dimana yang terbaik berpeluang menjadi pemimpin di depan. “Inilah logika pasar yang menganut logika saling menguntungkan dan kompetisi yang adil” katanya.

Model Pasar

Beberapa peserta Munas sempat mempertanyakan mengapa yang disarankan oleh Ahmad Norma adalah logika pasar yang identik dengan kapitalisme yang dianggap merusak. Menjawab kekhawatiran tersebut Ahmad Norma menyatakan bahwa kita harus melihat model pasar di negara-negara barat yang berbeda-beda, yaitu ada model Anglo Saxon yang dianut Amerika Serikat, model Marxis yang dianut negara – negara Komunis dan model Social Kapitalisme yang dianut negara-negara Eropa Tengah seperti Perancis dan Jerman.

“Di negara eropa tengah kapitalisme model Adam Smith tidak pernah diterima, demikian juga model Karl Marx” kata Ahmad Norma. Karena di Jerman atau Perancis menurutnya mirip model kesejahteraan mirip yang diinginkan Masyumi dahulu. “Kapitalisme di negara eropa tengah adalah kapitalisme yang bersumber pada etika Kristen, memang Islam dan Kriten sangat berbeda dalam Aqidah, namun dalam hal akhlak dan etika menurut saya sama” katanya. “Bahkan Kyai Dahlan saja dahulu meniru orang kristen dalam bentuk amalannya” lanjutnya. (arif)

Sumber: Muhammadiyah Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar