Beberapa hari yang lalu, kita telah memasuki bulan Muharam tahun 1431 H Organisasi Konferensi Islam (OKl) dalam Konferensi Tingkat Tingginya di Rabat (Maroko) tahun 1969, telah mencanangkan abad ke 15 H sebagai abad kebangkitan umat Islam.
Sebagai indikator pencanangan itu, karena hampir semua Negara Islam yang dijajah. Negara Barat, pada pertengahan abad 20 M hampir semuanya telah merdeka. Kenyataan tersebut merupakan modal dasar Keb angkitan Dunia Islam.
Perlu dijelaskan, kalender Islam tidak dihitung berdasarkan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, bukan pula di dasarkan hari kemenangan beliau, karena kemenangan hanya memberikan kepuasan sesaat, tetapi memilih peristiwa Hijrah sebagai permulaan perhitungan tahun islam. Pilihan tersebut atas usul dan saran Khalifah Umar Ibn Khatab, kemudian disebut Tahun Hijriyah.
Pilihan ini bukan tanpa alasan, karena dengan Hijah Nabi Muhammad SAW terhindar dari intimidasi dan penindasan kaum kafir Quraisy, dan memberikan kesempatan yang lebih lapang untuk penyebaran Islam.
Menurut Ali Syariati, penepatan kalender islam yan g didasarkan pada peristiwa Hijrah, sangat patut direnungkan semua orang, karena banyak mengandung hikmah yang bisa dilacak tentang pentingnya makna Hijrah, terhadap perkembangan sebuah peradaban.
Dengan semangat Hijrah lslam menyebar ke seluruh penjuru dunia, mula-mula ke Persia, terus masuk ke jantung kekaisaran Romawi, dua negara adidaya dikala itu. Islam menyebar ke seluruh kawasan Afrika, terus menyeberang ke Spanyol. Sementara k earah timur, terus mengembangkan sayap ke Asia Tengah hingga anak benua india, masuk daratan Cina sampai ke kepulauan Nusantara.
Kesekian kalinya, Umar Ibn Khattab menunjukan kebolehannya sebagai negarawan yang cakap, yang berwawasan luas dan memiliki pandangan jauh ke depan.
Sudah barang tentu, untuk meningkatkan kebangkitan dunia islam, sangat terjantung dari semangat Jihad Islam itu sendiri, dalam melakukan perubahan yang drastis. Itulah yang dimaksud wahyu Ilahi Surat Ar-Ra'd ayat 11 sebagai berikut:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
[QS al-Ra'd (13): 11]
Ayat ini mengandung pengertian Metarasional, bahwa hukum Ilahi berjalan mengiringi kebebasan manusia sebagai hasil perubahan dalam dirinya.
Perubahan itupun, bukan sekedar berubah karena setiap tindakan melakukan perubahan, harus pula disesuaikan dengan sunnatullah. Mengapa? Karena tujuan akhir setiap manusia adalah keridhaan Allah.
Menurut Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 218 memberikan petunjuk sebagai berikut:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[QS al-Baqarah (2): 218]
Yang menjadi kandungan ayat tersebut adalah "Rahmat Allah". Apa itu Rahmat Allah? Rahmat dapat diartikan karunia Allah, nikmat dan berkah-Nya. Yakni kesejahteraan hidup duniawi, dan kebahagiaan ukhrawi. Untuk memperoleh seseorang harus beriman, berhijrah, dan berjihad.
Apa itu Iman?
Iman ialah kepercayaan adanya Allah dan ke-Esaan-Nya. Itulah yang disebut Tauhid. Tauhid itulah landasan pembinaan dan pertumbuhan diri yang paling utama dan valid. Konsekuensi logis dari keimanan ini ialah mematuhi setiap titah perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya dengan sempurna. Apabila kita abaikan perintah dan larangan-Nya pasti akan menimbulkan Chaos (kekacauan) yang centang perenang.
Ingat, dunia ini merupakan gelombang hidup yang penuh dengan cobaan. Hidup ini adalah gurau dan permainan (Lahwun Wa Laib). Dengan demikian fungsi iman dalam Islam selalu menempatkan dirinya sebagai "prinsip pilihan" (selected principle) sebagai Furqan (pembeda) antara yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, dan seterusnya yang petunjuk-Nya bersumber Al- Qur'an dan Al-Hadits.
Apa itu Hijrah?
Arti Hijrah menurut syariat ada tiga. Arti Hijrah yang pertama. Meninggalkan semua perbuatan yang dilarang oleh Allah. Rasulullah menjelaskan dalam sabdanya:
Orang yang bererhijrah itu ialah yang meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah.
[HR. Bukhari]
Arti Hijrah yang kedua adalah "gerakan" atau "loncatan" yang meniupkan semangat perubahan, yang pada gilirannya memindahkan mereka dari keterbelakangan kepada kemajuan. Dalam sejarah peradaban manusia, Hijrah merupakan pembentukan watak dan karakter manusia, untuk menentukan pandangan hidup Suatu bangsa.
Dengan Hijrah, pandangan manusia terhadap alam akan berubah, yang pada gilirannya akan mengubah watak manusia dari kemunduran kepada kemajuan, dari kemerosotan sosial kepada kesejahteraan social. Dari kegelapan kepada alam yang terang benderang dari keterkungkungan kepada alam kebebasan, dari budaya kekacauan kepada budaya ketertiban, dari budaya bersih, dari budaya malas kepada budaya cekatan dan dinamis.
Terjadinya perubahan karena keterbukaan. Hijrah adalah keterbukaan.
Arti Hljrah yang ketiga ialah pindah tempat dari daerah asal ke daerah lain, seperti Hijrah Rasulullah SAW dan kaum muslimin dari Mekkah ke Madinah. Macam Hijrah yang ketiga ini menurut sebuah hadits Nabi SAW sudah tidak ada lagi, seperti sabdanya:
Tidak ada Hijrah lagi sesudah Fathun (setelah terbukanya kota Mekkah), bagi Rasulullah dan umat Islam, namun jihad dan niat (masih tetap ada).
[HR. Muslim]
Dengan demikian, Hijrah menjauhkan diri dari larangan-larangan Allah, dan Hijrah melakukan perubahan (inovasi) untuk kesejahteran bersama masih tetap berlanjut, sebagaimana sabdanya:
Tidak terputus hijrah sampai pintu taubat tertutup.
Apa itu jihad?
Jihad Fi Sabilillah berarti berjuang di jalan Allah dengan sungguh-sungguh. Memupuk kerelaan berkurban, dengan harta dan jiwa merupakan konsekuensi logis dari keteguhan iman. Tiada cita- cita tanpa perjuangan dan tiada perjuangan tanpa pengorbanan dan tiada pengorbanan tanpa arah.
Sedangkan perjuangan yang bernilai tinggi disisi Allah SWT adalah perjuangan menegakkan iman dan Islam. Rasulullah saw bersabda:
Pokok segala urusan adalah Islam. Tiangnya adalah Shalat. Dan tulang punggung yang teratas adalah Jihad Fii Sabilillah.
[HR. Imam Tabhrani]
Hadits ini, sebagai penegasan wahyu Illahi surat Ash-Shaaf ayat 11 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُون
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?
(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
[QS ash-Shaaf (61): 10-11]
Abad ke-15 sebagai abad kebangkitan umat Islam sudah memasuki tahun ke 1341 H, Usaha kearah itu sudah mulai tampak. Namun gerakan yang mereka lakukan masih bersifat Sporadis (belum terarah). Mengapa? Karena kita belum memiliki seoring pemimpin yang representatif , yang memiliki otoritas sebagai Wakil Tuhan di bumi., yang mampu memecahkan semua problematika umat sesuai dengan Manhaj Islam. Suara Islam adalah suara Tuhan. Dengan demikian ukuran-ukuran yang mereka gunakan seluruhnya bersumber dari Manhaj islam (Al- Qur'an dan Al-Hadits).
Itulah permasalahan yang kita hadapi sekarang ini. Untuk itu kita harusselalu mawas diri, dalam arti meningkatkan keimanan, meningkatkan ibadah baik ibadah mahdho dan ghairul mahdho dn intelektual resources (sumber kecerdsan). Umat, dalam segala bidang kehidupan. Sedangkan ilmu berfungsi sebagai pisau analisa, untuk memahami dan menegakkan kehendak Tuhan.
Kemudian melakukan gerakan-gerakan, loncatan-loncatan yang meniupkan semangat perubahan untuk mencapai Rahmatan Lil 'Alamin.
Semoga kita semua selalu dalam keadaaan ridho dan di ridhoi Allah SWT.
Wallahu A'lam bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar