Jumat, 02 April 2010

Pemikiran Muhammadiyah Harus Perkokoh Pencerahan Umat

MALANG--Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsudin mengharapkan agar Musyawarah Nasional (Munas) ke-27 Tarjih Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dapat melahirkan pemikiran yang jernih dan cerdas sehingga kan semakin memperkokoh pencerahan umat. Itu sebabnya, kata Din, Munas Tarjih Muhammadiyah kali ini juga diharapkan bisa melakukan pemaknaan yang menyeluruh tentang ajaran-ajaran Islam.

Sehingga pemikiran yang dilahirkan dari forum isjtihad ini tidak pasial dan hanya terpaku pada persoalan-persoalan khusus semata. "Pemikiran yang dihasilkan tidak hanya terhenti pada masalah hukum (fiqih). Tetapi yang penting adalah bagaimana mengembalikan pengertian fiqih pada makna yang hakiki, //fuqoha fiddin//, yang selalu bermuara al-akhlaq untuk menemukan nilai-nilai eyik dan moral," ujar Din Syamsudin dalam pengarahannya kepada peserta Munas ke-27 Tarjih Muhammadiyah di UMM Malang, Kamis(1/4).

Din menilai tema yang diusung dalam munas kali ini, "Tajdid sosial yang berkeadilan menuju masyarakat utama", sangat pas dan selaras dengan beragam persoalan mendasar yang kini tengah dihadapi bangsa ini. Karena itu, masalah kemerosotan moral dan ketidakadilan sosial menjadi fokus kajian mendalam dalam munas yang dihadiri 162 ulama yang menjadi anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah se-Indonesia ini.

Para ulama itu akan merumuskan beberapa pokok bahasan yang bakal dibahas hingga 4 April mendatang. Pokok bahasan itu antara lain Fikih Al Maun, Fikih Tata Kelola, Fikih Seni Budaya, Pedoman Hisab Muhammadiyah, Fikih Perempuan, dan Tajdid Pemikiran Keislaman Muhammadiyah. "Melalui musyawarah ini, Muhammadiyah ingin menawarkan berbagai solusi ketidakadilan, kemiskinan, kesemrawutan tata kelola pemerintahan, dan ketidakpastian hukum," kata Din.

Dalam munas yang dibuka Dirjen Bimbingan Kemasyarakatan Kemenag RI Prof Nazarudin Umar itu, Din menambahkan, jika kondisi bangsa kian hari terus menunjukkan kemerosotan moral. Seperti terungkapnya praktik korupsi dan makelar kasus yang terkuak di Dirjen Pajak. Semua ini terjadi karena ada tata kelola pemerintahan yang belum baik. Sebagai organisasi Islam besar, Muhammadiyah yang di dalamnya juga ada para ahli hukum (fuqoha) perlu terus memberikan pemahaman pada umat menuju muara etika dan moral. Selain itu, krisis etika dan moral yang sedang melanda masyarakat secara keseluruhan.

Peran ulama di Muhammadiyah juga sangat ditunggu untuk ikut membantu mengurai permasalahan di negeri ini. "Kami ingin di Muhammadiyah ini muncul pemikiran besar untuk menjadi solusi permasalahan yang juga besar," harap Din.

Karena itu, pria asal Bima, NTB ini meminta semua peserta munas untuk bersungguh-sungguh menampilkan ijtihad-ijtihad terbaik. Selain itu, pemikiran-pemikiran yang dihasilkan tidak terhenti pada persoalan ibadah semata, atau persoalan haram dan halal semata. "Tapi harus melahirkan pemikiran keislaman yang menonjolkan akhlaqul Islamiah dan akhlaqulkaromah. Pemikiran-pemikiran besar itu yang kini sedang ditunggu umat dan bangsa ini," tandasnya.

Din menambahkan, bahasan-bahasan Munas ke-27 Tarjih Muhammadiyah itu sudah berdasar pada perumusan matang dari para ulama. Karena itu dia yakin kalau ulama yang menjadi peserta munas sudah sangat mumpuni dan memiliki kapasitas dalam berbagai persoalan. "Majelis tarjih ini kan tidak hanya membahas sisi hukum, tapi juga segala hal yang berkaitan dengan keumatan," ungkap Din.

Harapan senada diungkapkan Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Prof Dr Syamsul Anwar MA. Dia mengatakan, munas tidak fokus membahas masalah hukum secara parsial. Namun munas yang berlangsung empat hari ini orientasinya adalah masalah makro terkait dengan problem bangsa. Di antaranya, bagaimana Muhammadiyah ikut membangun semangat dan etos kerja umat, memperkokoh upaya pencerahan, dan pemberdayaan umat.

Di dalam Fikih al Maun misalnya. Musyawarah menekankan pada solusi pelayanan sosial bagi kaum miskin. Karena Muhammadiyah menilai masih ada banyak warga yang memikul beban hidup berat secara ekonomi. Belum lagi terjadinya bencana di mana-mana yang kian menambah beban hidup. "Saat ini butuh solidaritas sosial untuk membantu kaum dhuafa. Agama mengajarkan iman kan tak cukup hanya percaya pada Tuhan, tapi juga harus mencintai orang lain dengan peduli dengan derita kaum marjinal," paparnya.

Sumber:
Republika Online
www dot republika dot co dot id /berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/04/02/109290-pemikiran-muhammadiyah-harus-perkokoh-pencerahan-umat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar