Selasa, 09 Maret 2010

Merevitalisasi Konsep Peradaban Menurut al-Qur'an dan as-Sunnah

Oleh: Mohammad Nasikh


وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ذّٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
[QS al-A'raaf (7): 176]

Mukaddimah
Rasulullah saw telah memberikan uswah hasanah (contoh suri tauladan yang baik) pada ummatnya dalam rangka membentuk peradaban yang Islami dalam waktu (masa) yang relatif singkat yaitu selama 23 tahun (13tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah). Masa 13 tahun di Mekkah digunakan oleh Beliau dalam rangka pembentukan 'aqidah (keimanan atau ketauhidan), dan massa l0 tahun di Madinah Beliau gunakan untuk membangun peradaban yang mulia, dan misi tersebut berhasil dengan cemerlang. Beliau mengatakan:


Sesungguhnya aku diutus oleh untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.
[HR. Baihaqi]


Sebagai contoh kehidupan sebelum Rasul saw diutus oleh Allah SWT, Mekkah dipenuhi dengan kejahilan (kebodohan), keterbelakangan dan 'dzulumat' (kegelapan). Betapa tidak, kebiasaan, adat-istiadat kebudayaan mereka menurut para ahli sejarah sudah pada tingkat yang paling rendah (pada titik nadzir) seperti binatang, bahkan lebih jelek dari binatang. Para ahli meng atakan masa ini disebut sebagai masa pra-peradaban. Simbul-simbul atau aktifitas dari masa pra-peradaban tersebut sangat sekali seperti patung atau berhala yang bertengger di sekitar Ka'bah sebanyak 360 buah (dimana pemimpin patung atau berhala tersebut adalah Latta, Uzza dan al- Manats), ketika mereka thowaf dengan cara mereka di sekitar Ka'bah) tanpa busana, dengan membaca mentera- mantera tertentu, dan ketika selesai thawaf mereka mencari pasangan sendiri-sendiri dari lawan jenis dan melakukan mesum sampai pagi, Ka'bah bukan sebagai tempat ibadah, tapi sebagai pusat maksiyat (perbuatan keji dan munkar) begitu mereka melahirkan anak dari hasil kumpul kebo mereka, maka anak-anak tersebut mereka bunuh atau kubur hidup-hidup (terutama anak perempuan yang lahir), karena merasa malu dan terhina dengan kelahiran anak perempuan tersebut, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Umar bin Khattab ra sebelum beliau masuk islam (masih jahiliah).

Tapi, setelah datang Rasulullah saw, kebiasaan, adat-istiadat dan budaya jahiliah atau masa pra-peradaban tersebut hilang sedikit demi sedikit, akhirnya hilang sama sekali, muncullah kebiasaan, adat istiadat budaya yang mulia, yang dijiwai dengan akhlaqul-karimah yang terpuji) yaitu yang disebut dengan masa peradaban. Sehingga dikenal dengan istilah madinah (tempat tegaknya dien) atau madani (peradaban) atau kesopanan yang tinggi. Bukti ini dapat dilihat pada masyarakat Madinah sekarang dibanding dengan masyarakat Mekkah, dimana ternyata masyarakat Madinah adalah orang-orang yang sangat beradab (bersopan-santun tinggi) mempunyai etika yang lebih tinggi dan halus perangainya bila dibanding dengan masyarakat Mekkah yang lebih tegas dan furqan (mampu membedakan antara yang benar dan salah).

Macam-macam Peradaban
Banyak diantara negara-negara dunia sekarang ini ingin mengejar dan menggapai keberhasilan dalam bidang ekonomi atau kesejahteraan ekonomi dengan tingkat pendapatan national yang tinggi, termasuk negara- negara yang berlandaskan pada ketuhanan, tetapi banyak diantara mereka yang lupa, tidak berupaya untuk menggapai martabat, derajat, dan kemulyaan (peradaban) yang tinggi di hadapan Allah SWT atau juga di hadapan sesama manusia Keberhasilan dalam bidang ekonomi memang tidak dapat disalahkan (itu menjadi kewajiban), tapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana kota atau negara terutama yang berlandaskan kepada keamanan atau ketuhanan yang Maha Esa mampu menjelmakan suatu peradaban sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw tadi.

Bagi kota atau negara yang berdasarkan pada keamanan kepada Allah SWT harusnya yang menjadi prioritas dalam membangun kota atau negara tersebut adalah kehormatan, martabat, derajat, dan kemulyaan (peradaban) yang tinggi di hadapan Allah SWT dan Juga di hadapan manusia. bukan kenistaan kehinaan, kerendahan budi-pekerti (peradaban yang rendah) yang menjadi prioritasnya Apalah artinya harta atau fasilitas yang banyak (pendapatan yang tinggi bagi suatu masyarakat atau negara tapi masyarakat atau bangsa tersebut bejat dan rusak budi pekertinya atau peradabannya jatuh atau sangat rendah seperti binatang.

Jadi, sebenarnya ukuran peradaban tersebut bukan tanya keberhasilan ekonomi, tingginya pendapatan saja, tetapi yang jauh lebih penting adalah dalam segi batiniyah, spiritual, adab dan etika akhlaq (budi pekerti) dan ketaqwaannya kepada ALLOH SWT. Ada beberapa ciri yang dapat dikemukakan terkait dengan peradaban tersebut, yaitu:
  1. Orang, masyarakat yang memiliki banyak kelebihan (kaya, berilmu, berstatus, berpangkat dan beragama), tapi juga memiliki kehormatan, derajat kemulyaan, maka mereka adalah yang paling sempurna dan mulia (sempurna atau mulia peradabannya)

  2. Orang, masyarakat yang walaupun miskin harta (papa. tidak punya), tapi memiliki martabat, kehormatan, derajat dan kemulyaan, maka mereka menjadi berharga atau bermartabat (baik peradabannya), bukan termasuk yang hina /rendah peradabannya

  3. Orang, masyarakat yang kaya, tapi tidak terhormat, tidak bermartabat dan tidak mulia, maka kekayaan banyak yang dimilikinya tersebut menjadi tidak berarti atau tidak bernilai sama sekali (rendah peradabannya)

  4. Orang, masyarakat yang berilmu pengetahuan atau bahkan beragama sekalipun, tapi tidak bermartabat, tidak terhormat dan tidak mulia, maka ilmu pengetahuan dan agamanya tersebut menjadi tidak berarti atau tidak bernilai sama sekali (rendah peradabannya).

  5. Demikian juga, bila mereka sudah miskin harta (papa, tidak punya), tidak berilmu pengetahuan, tidak berstatus tidak berpangkat dan bahkan tidak beragama, bahkan ditambah tidak memiliki kehormatan dan kemulyaan, maka mereka menjadi tidak berarti atau tidak bernilai sama sekali atau harga dan martabatnya sangat rendah atau jatuh lebih jelek daripada binatang (tidak berperadaban).


Peradaban yang mulia
Peradaban yang mulia hanya ada pada Islam, bukan pada yang lain, karena Islam memang ajaran dari Allah yang Maha Sempuma, yang Maha Mengetahui aturan (ajaran) mana yang paling baik dan paling jelek.

Dia-lah yang menciptakan ajaran tersebut, dan tidak ada yang menandinginya. Menurut para ulama, bahwa ketika Islam ini sudah hilang atau lepas dari panggung kehidupan, maka yang tejadi adalah kerusakan atau kebobrokan akhlaq (perilaku) atau peradaban dalam masyarakat itu dapat dibuktik an di masyarakat dunia sekarang bahwa ke tika Islam belum dijadikan sebagai landasan atau pijakan oleh masyarakat, maka yang terjadi adalah kerusakan moral, dan kejahatan pada tingkat yang paling tinggi. Tanpa mengunggulkan masyarakat Mekkah dan Madinah pada khususnya atau Arab Saudi pada umumnya (walaupun belum sepenuhnya Islam itu dijadikan landasan dalam kehidupan), saat ini menurut penelitian bahwa tingkat kerusakan moral dan kejahatan di sana adalah yang paling kecil di dunia, dibandingkan dengan kota-kota atau negara atau bangsa lainnya.

Diantara ciri-ciri peradaban yang tinggi dan mulia (peradaban Islamy) adalah sebagai berikut:
  1. Pemimpin dan masyarakatnya mesti mampu mengendalikan hawa nafsunya. mereka tidak menjadikan hawa-nafsunya sebagai tuhan-tuhan mereka (QS. al-Jatsiyah: 23)

  2. Mereka mengedepankan keimanan dan ketaqwaan sebagai bekal hidup mereka melebihi daripada bekal-bekal yang lain (QS. al-Baqarah: 197, dan at-Taubah: 24)

  3. Mereka bersungguh-sungguh (loyal dan komitmen) terhadap nilai-nilai ajaran Islam (QS. al-Ahqaf: 13, Muhammad: 7, dan al-Maidah: 68)

  4. Mereka melaksanakan ibadah mahdhah (khusus) tidak sekedar gugur kewajiban, tapi ditambah dengan yang sunnah-sunnah, termasuk dalam ibadah 'am (umum) termasuk dalam bersosial atau bermasyarakat, mereka mengedepankan kema'rufan (berbuat keshalehan, ikhsan), dan menjauhi kemunkaran atau sering disebut amar-makruf nahi munkar (memerintahkan atau mengajak kepada kebaikan dan melarang atau mencegah dari perbuatan dosa), mereka betul-betul takut berbuat dosa, kalau berbuat dosa Allah SWT akan murka kepadanya (seperti berada di antara dua gunung yang tinggi yang akan menjatuhi dirinya), dengan serius melaksanakan ibadahnya secara menyeluruh, serta ikhlas dalam mencari ridho Allah semata (QS al An'am 162, al Bayyinah 5)

  5. Mereka melaksanakan ibadah dalam pengertian secara luas dan menyeluruh (QS al-Baqarah: 208), karena ada perintah dan larangan, juga ada contoh atau uswah dalam manhaj (metode) dan marhalah (tingkatan-tingkatan) dakwah yang diterapkan beliau dan para sahabatnya, bukan melaksanakan ibadah karena kultur (budaya) atau karena ikut-ikutan, mengikuti apa kata bapak-bapak atau nenek-moyangnya, 'anut-grubyuk', 'norok buntek', tanpa dasar dan ilmu. Sehingga kalau demikian, Ibadah yang dilaksanakan dalam pengertian tidak secara benar dan menyeluruh, hanya bersifat sekedarnya, akan menimbulkan keterpaksaan, tanpa nilai (substansi), kosong makna, rasa malu atau gengsi sebagai dasar pelaksanaannya dan menjadi ibadah yang tertolak di hadapan Allah SWT (QS al-Baqarah 170)


Khatimah
Orang-orang atau masyarakat yang disebutkan di atas itulah yang memiliki peradaban yang agung (tinggi) yang dikatakan sebagai orang atau masyarakat yang unggul, bermartabat, berderajat, dan memiliki kemulyaan yang tinggi di hadapan Allah SWT dan di hadapan sesama manusia, karena memang Allah sangat menginginkan hamba-hamba-Nya mempunyai kemulyaan peradaban, bukan kerendahan atau kenistaan peradaban seperti binatang (QS al-A'raf 176)

Wallahu a'lamu bish showwab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar