Rabu, 23 Juni 2010

Proses Lahirnya Muhammadiyah di Daerah Malang (III)

Pada suatu hari, dalam lawatan tablighnya, K.H.A. Dahlan hendak kembali ke Yogyakarta. Akan tetapi, sampai di Sumberpucung, beliau kehabisan kereta api jurusan barat (Yogyakarta). Beliau kemudian dengan sangat terpaksa harus mencari penginaoan di Sumberpucung itu. Dan secara kebetulan beliau bertemu dengan Pak Aspari, Kepala Stasiun Kereta Api di Sumberpucung tersebut. Kemudian menginaplah K.H.A. Dahlan di rumah dinas Pak Aspari di muka stasiun. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh K.H.A. Dahlan untuk mengenalkan Muhammadiyah di Sumberpucung. Ternyata Pak Aspari tertarik dengan Muhammadiyah.

Apabila di Surabaya, K.H. Mas Mansyur tertarik pada Muhammadiyah karena argumentasi intelaktual tentang pembaharuan Islam di Indonesia sehingga dapat meyakinkan K.H. Mas Mansyur. Maka tertariknya Pak Aspari kepada Muhammadiyah adalah lebih bertitik beratkan pada figur dan penampilan K.H.A. Dahlan yang sederhana dan penuh keikhlasan dalam beramal. Itulah sebabnya sebelum Pak Aspari menerima dan mengembangkan Muhammadiyah, dia ingin membuktikan sendiri, apakah penampilan dan keikhlasan Muhammadiyah bukan hanya pulasan. Beberapa hari kemudian Pak Aspari pergi ke Yogyakarta “njujug” rumahnya K.H.A. Dahlan ia menyamar sebagai Musyafir yang kehabisan bekal, setelah tiba waktunya sholat, Pak Aspari minta kepada K.H.A. Dahlan untuk dapat meminjami sarung untuk sholat. Maka dengan serta merta, diajaklah tamu yang tak dikenal (K.H.A. Dahlan “pangling” pada Pak Aspari) itu ke dalam kamarnya, dan dibukakan almari pakaian. K.H.A. Dahlan mempersilahkan tamu tadi mengambi sendiri pakaian mana yang dia sukai. Pak Aspari mengambil sarung yang paling bagus, yang konon merupakan sarung yang paling sering digunakan K.H.A. Dahlan. Sarung tersebut ternyata langsung diberikan kepada Pak Aspari. Sekembalinya dari Yogyakarta Pak Aspari mendirikan Muhammadiyah di Sumberpucung, pada tahun 1922.

Demikianlah semasa K.H.A. Dahlan hidup, dibagian selatan kota Malang, telah berdiri Cabang Muhammadiyah Kepanjen dan Ranring Muhammadiyah Sumberpucung. Kemudian di bagian utara, telah berdiri Muhammadiyah Cabang Pasuruan, Probolinggo dan Surabaya. Di dua arah inilah Muhammadiyah Malang mulai dirintis, disamping secara potensial Malang memiliki tokoh-tokoh kader perintis Muhammadiyah sendiri.

Kader perintis yang dimaksud adalah pemuda Nur Yasin. Putra K. Yasin yang pada tahun 1925 didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda dari Surabaya. K. Yasin diberi tugas khusus memperbaiki mental masyarakat Malang, yang pada waktu itu masih terjangkit penyakit masyarakat, yaitu mo-limo (madat, madon, maling, minum, main), dengan jalan memberi pengajian agama Islam di Masjid Jami` Malang. [18] Kemudian K. Yasin juga mendirikan pondok pesantren di Kauman (belakang masjid Jami` Malang). Setelah beliau meninggal dunia, pengajaran di pondok diteruskan oleh Kyai Rofi`i dan Kyai Mukti.

Pada tahun 1925 seorang muballigh Muhammadiyah bernama Kyai Fanan, datang di Malang. Dia mengajar agama di Mulo Tanjung dan di Wil Helmina Celaket Malang, seminggu sekali. Dia adalah mubaligh keliling dengan biaya sendiri. Pada tahun 1926 dia mengadakan tabligh di Kidul Dalem Malang, yaang hadir dalam yabligh tersebut adalah siswa-siswa Mulo Gede dan Kyai tamin beserta santrinya. Pada waktu itu pemuda Nuryasin masih belajar di Al Azhar Mesir dan di Saudi Arabia(sellama ±17 tahun). Kira-kira tahun 1926 dia pulang keMalang dan langsung menggantikan kedudukan ayahnya(KyaiYasin), yang baru meninggal dunia, atas persetujuan Bupati Malang.

Dengan kedaatangan mubaligh Muhammadiyah Kyai Fanan ternyata menarik perhatian para takoh Muhammadiyah Cabang Kepanjen, yaitu H. Akhwan untuk merintis Muhammadiyah Malang. Kebetulan pada waktu itu, Kyai Muh. Nuryasin baru kembali dari Makkah, dan dalam diri Kyai Muh. Nuryasin telah tertanam jiwa Muhammadiyah. Sebab, sewaktu dia pulang dari Makkah, di kapal berjumpa dengan Kyai Sujak dari Yogyakarta yang juga seorang tokoh Muhammadiyah dan masih kerabat dekat dengan K.H.A. Dahlan. Kyai Sujak menjadi tertarik pada Kyai Muh. Nuryasin, karena fasihnya berbahasa Arab, maka diajaklah Muhammad Nuryasin singgah dulu di Yogyakarta. Selam di Yogyakarta, selain dikenalkan dengan gerakan pembaharuan Muhammadiyah, dia juga diambil menantu oleh K.H. Ibrahim, adik Nyai Dahlan. Oleh karena itu, setelah Nuryasin pulang ke Malang ide untuk mendirikan Muhammadiyah di Malang telah menyala-nyala di dadanya. Ide ini diwujudkan dengan mendirikan Mualimin Muhammadiyah pada tahun 1926/1927, di Kauman. Yang menjadi guru di Mualimin tersebut adalah Muh. Nuryasin dan Syekh Ali Kudus. Dengan kejadian ini, yaitu ada tanda-tanda bahwa Muhammadiyah akan berdiri, Kyai Mukti dan Kyai Rofii lalu memisdahkan diri dan pindah dari Kauman. Kyai Mukti pindah ke Kasin mendirikan pesantren sendiri, sedangkan Kyai Rofii membeli rumah sendiri di dekat masjid Jamik.

Ide mendirikan Muhammadiyah tetap jalan terus, ini berkat dorongan Kyai Ibrahim (mertua Nuryasin) yang sering berkunjung ke Malang, dan jalinan kerjasama dengan Kyai Akhwan (Ketua Muhammadiyah Cabang Kepanjen). Akhirnya berdirilah Muhammadiyah Cabang Malang pada tanggal 1 Juli 1927.

Adapun proses lengkap berdirinya Muhammadiyah Cabang Malang adalah sebagai berikut : [19]

Tahun 1924

Kala itu beberapa orang guru negeri dan beberapa orang lainnya di Kota Malang yang bersimpati terhadap gerakan Muhammadiyah mengadakan persiapan ... mereka adalah Ronodiharjo, Abdul Rahman (guru SD Embong Brantas), E. Abdullah, Syech Sadiq Alamri, R. Suradji dan beberapa orang lainnya giat berusaha ke arah terlaksananya pendirian Muhammadiyah di Malang. Al Muchtar, waktu itu telah berhasil mendirikan Muhammadiyah Kepanjen pindah ke Malang dan mulai mengadakan hubungan dengan orang-orang yang ada di Malang.



Tahun 1926

Kata bulat dimufakat, didirikanlah panitia HIS Met Den Qur`an dengan diketuai oleh Ronodiharjo, penulis A. rahman, dan E. Abdullah sebagai Bendaharanya.

Sebelum itu datang gilir gemanti Muballigh-muballigh Muhammadiyah dari tempat yang jauh ke kota Malang, a.l. Kyai Fanan dari Jember dan Kyai Fachruddin dari Yogyakarta.

Tahun 1927

K.H. Muh. Nuryasin telah datang setelah selama 17 tahun belajar di Al Azar dan Makkah, hubungan segera diadakan oleh panitia. Tak lama kemudian pada tanggal 5 Juli 1927, [20] diresmikam Muhammadiyah Cabang Malang.

Adapun pengurus pertama Muhammadiyah Cabang Malang adalah sebagai berikut :

Ketua : K.H. Moh. Nuryasin

Wakil Ketua : Ronodiharjo

Penulis : H. Elyas Hidir

Wakil Penulis : A. Rahman

Bendahara : E. Abdullah

Pembantu :

­ Al Muchtar

­ R. Suradji

­ Syarip

Sedangkan pengurus Aisyiyyah pada waktu itu, sebagai berikut:

Ketua : Ibu H.A. Djari

Penulis : R.A. Hasan Surati

Bendahara : Ibu. H. Hasyim

Pembantu : Ibu H. Sueb

Ibu Munah Tayib [21]

Dengan berdirinya Muhammadiyah Cabang Malang, berarti Muhammadiyah di jalur dakwah Kyai Dahlan, yang dirintisnya dengan naik kereta api: Sumberpucung, Kepanjen, Malang, Bangil, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang sampai Banyuwangi.

Dalam perkembangan Muhammadiyah lebih lanjut, cabang Muhammadiyah di kota-kota ini dijadikan satu daerah kepengurusan Muhammadiyah dengan sebutan Muhammadiyah Daerah Pasuruan, kemudian menjadi “Muhammadiyah Daerah Malang”, yang meliputi ex-karesidenan Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar