Sabtu, 16 Oktober 2010

Fenomena Ummat Islam

Realita dan Harapan
Oleh: Anas Yusuf

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
[QS. Ali Imraan (3): 139]
Muqaddimah
Indonesia Negara yang kaya raya dengan potensi sumberdaya alam yang merupakan pemberian anugerah Allah Swt lewat serangkaian perjuangan dan jihad Qital Fisabilallah, dan ummat Islamlah pemegang saham terbesar di negeri tercinta. Namun dengan kemerdekaan lebih dari setengah abad (65 tahun), hanya merdeka secara fisik dengan terbebasnya batas teritorial dari cengkeraman imperial yaitu merdeka secara de jure. Sekali lagi secara de facto belum merdeka baik secara politik, ekonomi, social, budaya, hukum, dan keadilan. Pemimpin demi pemimpin silih berganti mulai Bung Karno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY. Belum ada diantara mereka yang berani dan benar-benar mau dan tunduk, taat dan pasrah total kepada yang membuat kehidupan dan pemberi kemerdekaan itu sendiri yaitu Allah Azza wajalla-rabbul 'alarnin. Sehingga fenomena yang terjadi adalah hampir dalam semua aspek kehidupan menunjukkan hal-hal negative, misalnya kekayaan alam yang melimpah ruah dengan aset-aset Negara telah dijarah, dirampok, dijual ketangan asing, utang luar negeri bertambah. Bahkan anak-anak yang baru lahir terbebani 7 juta rupiah, kondisi yang benar-benar nyaris manuju kehancuran dan tergadaikan. Semua ini terjadi karena salah kelola, salah urus oleh para pemimpin baik eksekutif, yudikatif, dan legislative yaitu tidak beraninya mereka untuk menegakkan syariat Islam yaitu aturan Allah sebagaimana firman Allah:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta".
[QS. Thaha (20): 124]
Posisi fenomena umat Islam saat ini termarjinalkan-terpinggirkan terpuruk lemah tak berdaya. Kondisi ini pernah diprediksi Rasulullah SAW sekian abad yang lalu.

Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian seperti menyerbu makanan di atas piring,
berkata seseorang "Apakah sedikitnya kami waktu itu?"
Beliau menjawab, "bahkan kalian pada waktu itu banyak sekali, akan tetapi kamu seperti buih diatas air dan Allah membuat rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan, di dalam hatimu penyakit wahn."
Seorang bertanya: "Apakah itu wahn ya Raslullah?"
Beliau bersabda:" Mencintai dunia dan takut mati,"
[HR. Abu Dawud No. 4297, Ahmed : 278]
Inikah kondisi riil ummat Islam pasca kemerdekaan yang kesekian kalinya masih dijajah. Posisi umat dinegara-negara yang berbasis mayoritas umat Islam mulai dari Afghanistan, Irak, Iran, Thailand , Kasmir, Indonesia dst dalam kondisi termarjinalkan-dijajah dan tidak ada pembelaan yang substansial, semua bersikap mencari aman sendiri dan benar-benar mati suri ketika menghadapi hegemoni asing. Hal ini disebabakan karena umat Islam terjangkiti penyakit wahn, sehingga umat Islam terhina dina seperti domba tidak memiliki harga diri-izzah, sebagaimana sabda Raslullah SAW dari Annas R.A.

Akan datang atas manusia suatu masa, di mana keadaaan orang mukmin pada masa itu lebih hina daripada domba
[]
Bila dirinci adalah sebagai berikut:
1. Kondisi Politik Masih dijajah
Secara politik umat Islam terpecah belah belum bisa bersatu menghadapi musuh bersama, hal ini disebabkan oleh faktor internal yaitu munculnya sikap fanatisme kelompok (ashobiyah) dan egoisme elit partai-ormas Islam (harokah Islamiyah) dimana semua ingin menjadi nomer satu dengan syahwat politik yang tinggi untuk kepentingan dunaiwi bukan memperjuangkan ideologi dan syariat islam. Sedangkan faktor eksternal yaitu kuatnya hegemoni negara-negara asing dengan ghozwul fikrinya, maka ke depan Tarbiyah Assiyasi (pendidikan politik) untuk umat Islam sangat penting agar umat Islam tidak dipecundangi oleh musuh-musuh Islam. Yang jelas kondisi partai politik Islam kali ini memalukan dan sangat memprihatinkan yaitu pasca Pileg dan Pilpres benar-benar knock out (KO). Masa depan mereka suram, sekali lagi ini disebabkan perilaku para politisinya yang cenderung pragmatis dan meninggalkan menegakkan perjuangan ideologi (agama Islam) sebagai ideologi (mabda') dalam bernegara, bermasyarakat, berkeluarga, dan menjadikan manhaj dakwah dan jihad sebagai panglima dalam kehidupan serta tujuan bukan politik sebagai panglima dan tujuan.

Bukti menunjukan bahwa menegakkan syariat Islam (Tabigus Syariat) lewat jalur partai dan system demokrasi hanyalah fatamorgana, Bahkan menurut, Ketua MUI KH. Cholil Ridwan mengatakan "masa depan politik umat Islam sudah habis, partai Islam pun tak efektif lagi, jadi bubarkan saja...! Percuma saja meskipun. lambangnya Ka'bah, Bulan Bintang dengan embel-emoel dakwah dst, kecenderungan para politisi partai Islam berazas Islam maupun berbasis umat Islam kian pragmatis duniawi, yaitu di parlemen hanya bekerja mencari secuil materi, harta, kedudukan menjadi hamba perut-biologis (abdul buthun) dan inilah hakekat partai Abunawas yaitu partai politik yang tak pantas membawa embel-embel Islam dan dakwah. Kalau memang masih membawa nama simbol-simbol Islam, jelas mereka menjadikan Islam sebagai alat dan kekuasaan sebagai tujuan. Nilai-nilai idealisms dan ideologi runtuh, tujuan menjadi kabur, jalan yang ditempuh salah sasaran tidak seperti sepak terjang para politisi Partai Masyumi ketika di bawah kebasaran Muhammad Natsir dan kawan-kawan.

Namun umat Islam tidak boleh putus asa dan apriorl, terhadap politik, harapan itu masih ada entah di tangan siapa. lnsya Allah janji Rasul akan terbukti:

Akan senantiasa ada sekelompok dari ummatku menegakkar, kebenaran tanpa terganggu oleh orang-orang yang menghinakan dan menentang mereka, hingga datang kemenangan dari Allah.
[HR. Muslim]
2. Masih dijajah sistem ekonomi.
Secara ekonomi umat Islam jugs tidak memiliki peran yang strategis dalam mengambil kebijakan publik baik di tingkat pusat sampai ke daerah. Sehingga system perekonomian masih mengadopsi system konvesional-liberalis-kapitalis-sosialis-ribawi. Hegemoni kekuatan asing Negara superpower yang dikendalikan Yahudi masih kuat. Sehingga penghisapan dan exploitasi sumber daya alam dan Ekonomi berdampak pada kimiskinan secara struktural maupun budaya meningkat, termasuk angka pengangguran naik dan sulitnya mancari pekerjaan, penjajahan ekonomi terhadap umat Islam dengan konsep madhzab ekonomi liberal-kapitalistik. Ribawi sudah mengakar dan mendarah daging walaupun dalam perkembangannya cukup menggembirakan mulai adanya kesadaran berislam (wa'yul Islami).

Umat Islam dengan adanya Bank Syari'ah semisal Baitul Maal Wat Tamwil (LKS-BMT). Itu saja masih banyak umat Islam berhubungan dan berinteraksi dengan Bank Konvesional-Ribawi, padahal sudah jelas dan terang fatwa MUI tentang haramnya Bank Konvesional-Ribawi dengan Bunga Bank. Apalagi Allah dan Rasulnya mengharamkan dan memerangi, sebagaimana firman Allah:


الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُون
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
[QS. al-Baqarah (2): 275]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِين
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُون
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
[QS. al_baqarah (2): 278-279]

dari Jabir:
Rasul bersabda: "Dilaknat orang yang makan riba, orang yang memberi riba, pencatat riba, dan orang saksi riba."
Beliau mengatakan: "Mereka semua sama".
[HR. Muslim]

Dari Ibn Masud bahwa Nabi SAW bersabda: "Riba itu mempunyai tujuh puluh tiga (73) pintu (tingkatan) yang paling ringan dosanya sama dengan seseorang yang melakukan zina dengan ibunya".
[HR. al-Hakim]
Oleh karena itu sekali lagi saatnya kita sekarang hijrah dari ekonomi konvesional ribawi ke ekonomi syari'ah atau perbankan syari'ah semisal Baitul Maal Wat Tamwiul (BMT) dan memasukkan persoalan ekonomi keluraga dan usaha dalam konteks kehidupan Islami. Karena setiap rupiah yang kita belanjakan dan transaksikan, apakah menguatkan dan menguntungkan saudara sendiri atau menguatkan penjajahan ekonomi atas umat Islam .Yakinkan bahwa setiap rupiah uang kita akan dipertanyakan oleh Allah nanti, pada saat hari kiamat. Bukankah semua rezeki pada hakekatnya adalah pemberian Allah Azza waajallah.

3. Masih dijajah dibidang budaya.
Musuh-musuh umat Islam faham betul bahwa untuk menghancurkan kekuatan kaum muslimin tidak menggunakan kekerasan, perang fisik tapi menggunakan strategi Ghozwul Fikri (perang pemikiran). Hal, ini terbukti dengan statemen Gleed Stone "Tidak akan mampu, selama di dada mereka masih ada Al-Qur'an dan As Sunnah, tugas kita adalah mencabut Qur'an dan Sunnah dari hati mereka, baru kita menang dan menguasai mereka."

Bicara aspek budaya Raslullah bersabda:

"Kamu akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut memasukinya."
Para sahabat bertanya "Siapa mereka ya Rasulullah?"
Beliau menjawab, "orang-orang Yahudi dan Nasrani?"
[HR. Bukhari]
Artinya, umat Islam akan mengikuti gaya hidup, budaya. sehingga sadar atau tidak sadar saat ini mereka mengendalikan fikiran, hati, ucapan, dan perilaku kita mulai dari model pakaian, makanan, seni, budaya, hiburan, serta gaya hidup lainnya.

Khatimah
Secara defacto umat Islam memang belum merdeka baik di bidang politik, hukum, ekonomi, budaya, dan aspek-aspek lainnya, namun sebagai seorang muslim kita harus tetap optimis bahwa kejayaan dan kemuliaan Islam itu akan kembali ke dalam genggaman kaum muslimin. Karena masa depan adalah milik umat Islam.


كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُون
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
[QS. Ali Imran (3): 110]
Dan Rasulullah SAW pernah bersabda:

Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang mengatakan kebenaran (Al HAq-Al Islam bukan ashobiyah hizbia-harakah Islam ansik) tanpa terganggu oleh orang yang menghinakan dan menentang mereka, hingga datang kemenangan dari Allah.
[HR. Muslim]
Dan juga dalam firman Allah:

إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ ۚ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِين
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,
[QS. Ali Imran (3): 140]
sekarang bagaimana, mau bermujahada untuk memberi kontribusi nyata untuk kemuliaan, kejayaan, dan kemenangan-kemerdekaan umat Islam sehingga firman Allah dalam surat An-Nashr terwujud:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْح
وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
[QS. an-Nashr (): 1-5]
Wallahu a'lam bish-showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar