Rabu, 20 Oktober 2010

Prof. Nakamura: Muhammadiyah Social Safety Net

Pengamat Muhammadiyah dari Chiba University, Jepang, Prof. Nakamura Mitsuo, mengatakan sebagai kekuatan civil society, Muhammadiyah bisa jadi jaring pengaman sosial (social safety net). Di saat negara sedang mengalami kesulitan dan krisis, maka organisasi sosial seperti Muhammadiyah dapat diandalkan sebagai penyelamat kekuatan masyarakat.

Ditambahkannya, kelas menengah yang semakin ‘gemuk’ di Indonesia akan melahirkan kekuatan tersendiri dan apabila terjadi kesenjangan dengan kaum pinggiran dan masyarakat miskin maka kekuatan ini akan sulit dibendung. Muhammadiyah dapat menjembatani kalangan menengah itu untuk membantu kelas-kelas sosial di bawahnya.

Indonesia, kata Nakamura, hampir sama dengan Thailand yang terkena krisis sosial dan ekonomi pada tahun 1997-1998. Thailand bisa bertahan dan tumbuh, tapi akhirnya jatuh lagi akibat krisis sosial yang terus menerus. Beruntunglah Indonesia memiliki Muhammadiyah dan NU, serta ormas lain yang bisa menjaga kekuatan civil society. “Muhammadiyah bisa diandalkan menjadi social safety net,” ujarnya. Dalam kondisi kritis sekalipun Muhammadiyah masih tetap bisa mengoperasikan pelayanan umat, seperti melalui lembaga pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial lainnya.

Di sisi lain, dalam kuliah tamu di UMM, Senin (18/10), yang diikuti akademisi UMM dan beberapa pengurus Pimpinan Wilayah dan Daerah Muhammadiyah itu, Nakamura tak segan-segan mengritik Muhammadiyah. Menurutnya, dulu Muhammadiyah dibangun dengan susah payah oleh orang-orang orang yang berani mengambil risiko, berdedikasi tanpa pamrih. Sekarang dia mengkhawatirkan kesenimbungan generasi seperti itu sudah sangat sulit.

Dia menyontohkan UMM. “Pada tahun 1986, pertama kali saya berkunjung ke kampus ini, saya hanya melihat kampus kecil (kampus I, Jl. Bandung, Malang). UMM, menurut saya, dulu merupakan upaya perseorangan yang memiliki keberanian mengambil risiko dan berdedikasi tanpa pamrih sehingga bisa besar seperti sekarang,” ujarnya. Generasi sekarang tahunya UMM sudah besar sehingga nilai perjuangannya tidak seperti dulu lagi.

Lebih lanjut, Nakamura juga menilai Muktamar di Jogyakarta beberapa waktu lalu cukup sukses dalam hal selebrasi Satu Abad Muhammadiyah. Tetapi secara penguatan intelektual dan ideologi belum ada pematangan yang berarti.

Untuk itu, Nakamura menawarkan gagasan agar Muhammadiyah selalu melakukan mawas diri atau instropeksi diri. Tidak perlu menggembar-gemborkan jumlah umatnya karena memang tidak ada data yang akurat mengenai itu. Semua orang sudah tau kiprah Muhammadiyah, sehingga yang diperlukan adalah pendataan itu untuk mengetahui dirinya sendiri agar arah pengembangannya lebih jelas dan terukur. “Jangan sekedar dilihat dari kegiatan ini dilaksanakan, kegiatan yang lain tidak dilaksanakan saja. Tapi ukurannya apa harus jelas,” katanya.

Kehadiran Nakamura di UMM kali ini adalah yang keempat kalinya. Terakhir, Nakamura menghadiri Muktamar Muhammadiyah ke-45 di UMM tahun 2005. Waktu itu selain menjadi peninjau, Nakamura juga melakukan riset tentang Muhammadiyah. (trs/nas)

Sumber:
Universitas Muhammadiyah Malang
http://www.umm.ac.id/berita-umm-1647--prof-nakamura-muhammadiyah-social-safety-net.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar