Jumat, 10 Desember 2010

HAM Dalam Ilmu Pengetahuan dan Nilai-Nilai Kemanusiaan

Oleh: Sukiman, S.Ag

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِير
(11) Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[QS. al-Mujadilah (58): 11]
Manusia adalah keluarga tunggal. Seluruh anggota keluarga punya hak dan kewajiban yang sama. Mereka bertanggungjawab atas perwujudan persamaan di antara mereka dengan jiwa persaudaraan, cinta dan perdamaian. Di antara sate dengan yang lainnya tidak ada yang lebih unggul, kecuali dengan aural kebajikan dan ketakwaan yang membawa kesejahteraan ummat keluarga manusia, serta usaha memajukan soliclaritas kehidupan.

Pendidikan adalah hak dan sekaligus kewajiban yang hares dijalankan oleh negara atau masyarakat. Keduanya saling menunjang atas kelancaran jalannya pendidikan untuk menimbah ilmu pengetahuan Menjamin keberagamaannya, sesuai dengan realiatas kesejahteraanmasyarakat. Ummat manusia diberi, kesempatan mengatahui hekikat semesta, menundukkan bagi kebaikan dan kesejahteraanya.

Dalam sejarah umat manusia, Islam yang pertama kali menggemakan bahwa dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan adalah diperuntukkan bagi semua manusia, yang pada gilirannya nanti menjadi tanggungjawab pars cendekiawan.

HAM dalam Islam didasarkan pada "persamaan", sebagaimana firman Allah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِير
(13) Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
[QS. al-Hujurat (49): 13]
Persamaan tersebut ditetapkan oleh Islam secara menyeluruh, apakah yang menyangkut hak-hak sipil tertentu atau hak-hak umum. Di antarnya hak asasi dibidang pendidikan, perburuan d1l.
Mengenai HAM dalam pendidikan dan pengajaran, dimana Islamlah yang pertama memberikan pedoman dan prinsipnya di antaranya:

Pertama, Islam menegakkan persamaan di bidang hukum dan dasar-dasar terapannya, baik bagi kaum Muslimin maupun non muslim. Mereka yang berada di negara Islam atau yang tunduk terhadap Islam mendapatkan hak yang sama seperti hak kaum muslim dengan kewajiban-kewajibannya. Bahkan tanpa harus mendiskriminasikan antara Muslim dan non Muslim.

Kedua, Islam memberikan hak belajar kepada -laki-laki dan wanita, dengan memperkenankan wanita untuk menimba ilmu pengetahuan clan kebudayaan sampai sempurna dalam masalah-masalah keagamaan, sosial kemasyarakatan, problema-problemanya serta memberikan metode pendidikan kepada anak-anaknya. Karena mencari ilmu merupakan kewajiban bagi kaum muslimin dan muslimat.

Ketiga, Islam selalu mewajibkan menuntut ilmu pengetahuan bagi mereka yang belum belajar. Bagi yang berilmupun harus mengamalkan illmunya walaupun hanya satu ayat saja.

Keempat, Islam menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, dalam AI-Qur'an dijelaskan:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِين
(34) Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
[QS. al-Baqarah (2): 34]
Hal ini tidak lain karena untuk membedakannya dengan malaikat, bahwa Adam diberi kapasitas akal untuk berfikir dan mendapatkan ilmu pengatahuan yang sempurna.

Allah SWT memberikana gambaran tentang ilmu pengatahuan agar manusia mau menganalisa dan mempelajari apa yang ada dalam penciptaan langit dan bumi supaya manusia mau berfikir. Dalam al-Qur'an disebutkan:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُون
(164) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
[QS. al-Baqarah (2): 164]
Bahwa Islam selalu memberikan motivasi kepada umat manusia khususnya bagi orang¬orang Islam agar selalu berfikir dan mengukuhkan kekuatan rasional yang pada gilirannya akan memproduk ilmu pengatahuan dan teknologi untuk hidup dan kehidupan manusia baik untuk kepentingan dunia maupun akherat.

Allah SWT tidak memberikan batasan ilmu pengetahuan tertentu kepada manusia, hanya menganjurkan agar manusia mendalami ilmu pengetahuan yang mengandung kemaslahatan agama dan dunia. Agar ilmu pengetahuan tersebut dapat memancarkan sinar ke segenap umat manusia khsusunya bagi umat Islam.

Iman menjadikan dasar dan pijakan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan agar nantinya tidak menyimpang dari nilai-nilai agama dan moral Islam. Ilmu pengetahuan merupakan hak yang harus mengalir pada segenap ummat manusia. Allah tidak pernah mengutus Rasul-Nya kecuali dengan pengajaran, baik itu melalui kitab yang diturunkan-Nya atau melalui tuntunan yang indah dan mudah di mengerti. Islam melarang perdebatan yang menimbulkan konflik dengan saling mencemooh dan menghina. Sebagaimana firman Allah:
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَىٰ مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِين
(68) Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).
[QS. al-An'am (6): 68]
كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَالْأَحْزَابُ مِنْ بَعْدِهِمْ ۖ وَهَمَّتْ كُلُّ أُمَّةٍ بِرَسُولِهِمْ لِيَأْخُذُوهُ ۖ وَجَادَلُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ فَأَخَذْتُهُمْ ۖ فَكَيْفَ كَانَ عِقَاب
(5) Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azab-Ku?
[QS. al-Mu'min (40): 5]

Islam mengamcam orang-orang yang tidak memanfaatkan hak belajarnya. Di ancam dengan penghuni neraka, disejajarkan dengan binatang, bahkan lebih buruk lagi. Sebagaimana firman Allah:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُون
(179) Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
[QS. al-A'raaf (7): 179]

Betapa luasnya ruang lingkup ilmu pengetahuan dan hak belajar dalam Islam. Berbagai aspek dunia dan akhirat, bumi dan langit, mated dan jiwa dan medan menjadi medan yang tiada tars. Islam benar-benar mengerahkan akal untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Maka dibukakan cakrawala langit dan bumi, di depannya terbuka buku semesta. Allah SWT mengingatkan hamba-hamba-Nya untuk mengetahui betapa luasnya semesta slam ini. Firman Allah yang artinya:
وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيم
(27) Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[QS. Luqman (31): 27]
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيم
(255) Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
[QS. al-Baqarah (2): 255]
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۗ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَىٰ إِلَيْكَ وَحْيُهُ ۖ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
(114) Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".
[QS. Thaha (20): 255]

Oleh karena itu merupakan kewajiban bagi manusia urduk mengkaji ilmu-ilmu Allah menurut, kemampuannya, karena tentu saja manusia tidak akan mampu melihat semua ilmu-Nya, oleh karena itu ilmu ini cukup luas dalam Islam tergantung sejauhmana manusia khususnya bagi orang-orang Islam mau mengkaji dan mempalajari ilmu pengatahuan ini. Ilmu pengetahuan sangatlah luas sebagai arena untuk belajar. Ketegasan al-Qur'an, tentang luasnya cakrawala ilmu pengetahuan:
أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْ عَسَىٰ أَنْ يَكُونَ قَدِ اقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ ۖ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُون
(185) Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?
[QS. al-A'raaf (7): 185]
Di ayat yang lain:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّار
(191) (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
[QS. Ali Imran (3): 191]
Demikianlah, kita temui hak asasi belajar dan nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan dan ilmu pengetahuan, disamping mendudukkan seluruh posisi kebenaran yang menjarah cakrawala, yang meletakkan kedudukan manusia secara terhormat.Akankah kita kembali pads peradabannya? Apakah telaga dalamnya merupakan cumber inspirasi kita? Lalu kita meminum, hingga ummat Islam ini berada di tengah-tengah dunia yang penuh dengan peradaban?.

Wallahu a'lam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar